Kategori: Makan
Padang Panjang, MinangkabauNews -- Keelokan cagar alam Lembah Anai ternyata juga hadir dalam sajian khas rumah makan ini. Kuah dan bumbu yang merah oranye garang ternyata memberi sengatan dahsyat. Gulai kepala ikan, gulai ayam, ikan bilih Singkarak hingga dendeng batokoknya benar-benar bikin keringat bercucuran huah.. huah..sedap nian! Tambo cie Uda!
Mendengar nama Lembah Anai, saya langsung teringat bencana longsor yang terjadi beberapa bulan silam di kawasan ini. Namun, keindahan alam bebukitan yang menanjak berkelok di perjalanan dari Padang ke Bukittinggi lebih lekat dalam ingatan saya.
Ya, Lembah Anai yang ada di Padang Panjang merupakan cagar alam ini memang punya air tejun yang elok. Menyusuri jalanan berkelok mendaki pemandangan cantik lembah ini bisa dinikmati dari jalanan. Udara yang sejuk dan pemandangan serba hijau segar benar-benar memanjakan mata. Maka saat melihat nama Lembah Anai di rumah makan Padang Panjang tersebut.
Ruangannya luas dan ditata dengan rapi, komplet dengan aneka jajanan dan minuman. Waktu melongok ke lemari kaca besar tempat memajang dan meracik makanan sayapun mendapati tampilan hidangan Minang yang agak berbeda. Nyaris semua bumbu dan kuah berwarna oranye kuning merah menyala. Benar-benar menantang sekaligus menggiurkan!
Di meja pun disajikan aneka lauk serba hangat. Gulai ayam, rendang, terung dan jariang goreng, gulai cubadak, telur kembung, ikan bakar, dendeng batokok, dan ikan bilih Singkarak. Seporsi mentimun, daun singkong rebus dan sambal lado mudo (cabai hijau) menjadi pelengkapnya.
Dendeng batokok pun menjadi target pertama saya. Dua iris tipis daging sapi direndam minyak kelapa dan ditaburi iris halus cabai hijau keriting, cabai rawit dan bawang merah. Dendeng khas Sawahlunto ini meskipun tidak dibakar tetapi teksturnya empuk dengan rasa gurih sedikit asam dan tentu saja irisan cabai membuat rasanya makin mantap.
Sajian unik yang diimpor dari danau Singkarak, ikan bilih pun tak saya lewatkan. Ikan danau yang kecil, mirip ikan mas batita ini digoreng kering kemudian diaduk dengan sambal cabai merah dan cabai hijau. Kres-kres gurih renyah hingga ikan mungil utuh berikut kepalanya bisa dikunyah. Selingan sambal yang pedas dan irisan kasar petai berikut kulitnya memberi aksen rasa yang segar.
Telur dadar alias telur kembung yang tebal berwarna oranye kemerahan (lebih tebal dan merah dibandingkan telur kembung umumnya) ternyata benar-benar �menyengat� rasanya. Pedas, gurih dengana aroma kapulaga, cengkih dan merica yang kuat. Benar-benar mantap karena pedas dan tebal.
Kalau biasanya gulai ayam kuahnya kuning pucat malu-malu maka gulai Lembah Anai yang diracik dengan bumbu Padang Panjang ini benar-benar merangsang selera. Sekali hirup langsung terasa tojonkan pedas cabai dan bawang yang kuat. Daging ayam jantannya terasa lembut empuk, dengan resapan bumbu sampai keujung tulangnya.
Butiran keringat mulai mengalir deras dari dahi hingga leher karena sengatan cabai dan rempah masakan Lambah Anai ini. Hmm..saya justru makin semangat saat melihat tampilan ikan bakar yang sungguh menggoda. Ikan bawal ukuran kecil dibakar dengan sapuan bumbu kemerahan. Diberi topping cincangan tomat, cabai hijau, cabai merah dan bawang merah dengan kuah yang asam segar.
Ikan yang gurih dengan aksen gosong yang wangi inipun menyatu padu dengan topping yang asam, pedas dan segar. Wah, saya akhirnya memutuskan untuk menuntaskan santapan saya karena teurng ungu yang digoreng cantik bersama potongan jariang (jengkol) sudah sangat menggoda. Perut benar-benar sudah penuh!
Santapan nikmat yang pedas ini memang sesuai dengan hawa sejuk Lembah Anai di Padang Panjang. Harga yang ditawarkan juga tak beda jauh dengan rumah makan Padang lainnya. Berkisar dari Rp. 5.000,00 � Rp. 35.000,00 per piring/porsi. Hmm�sebanding dengan kesegaran badan yang saya peroleh setelah keringat mengucur!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar